Gempa Bumi M 5,5 Guncang Keerom Papua, Berpusat di Darat
Wilayah timur Indonesia kembali diguncang gempa bumi. Kali ini, gempa dengan magnitudo 5,5 terjadi di Kabupaten Keerom, Provinsi Papua, pada Jumat pagi, 3 Mei 2025, sekitar pukul 07.42 WIT. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa pusat gempa berada di darat, tepatnya pada koordinat 3,95 Lintang Selatan dan 140,76 Bujur Timur, dengan kedalaman 10 kilometer.
Meski tidak menimbulkan tsunami, guncangan gempa ini dirasakan cukup kuat di beberapa wilayah sekitar, termasuk Kota Jayapura dan Kabupaten Sarmi. Gempa ini menjadi peringatan akan potensi kegempaan yang tinggi di wilayah Papua, mengingat posisinya yang berada di jalur patahan aktif dan zona tumbukan lempeng.
Gempa Bumi M 5,5 Guncang Keerom Papua, Berpusat di Darat
Kronologi dan Data Teknis Gempa
BMKG melalui akun resminya menyampaikan bahwa gempa terjadi pada pukul 07.42 WIT dan bersumber dari aktivitas sesar lokal aktif. Lokasi episentrum berada sekitar 47 kilometer arah barat daya dari pusat kota Keerom. Jenis gempa ini tergolong gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake), dengan mekanisme pergerakan sesar mendatar (strike-slip fault).
Data teknis dari BMKG adalah sebagai berikut:
-
Magnitudo: 5,5
-
Koordinat: 3,95 LS – 140,76 BT
-
Kedalaman: 10 km
-
Pusat Gempa: Di darat, sekitar 47 km barat daya Keerom
BMKG menambahkan bahwa sistem monitoring mereka belum mendeteksi adanya aktivitas susulan signifikan dalam waktu satu jam setelah kejadian. Namun masyarakat tetap diimbau untuk waspada terhadap kemungkinan gempa susulan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Dampak dan Wilayah Terdampak
Meski belum ada laporan resmi mengenai kerusakan besar, sejumlah warga melaporkan merasakan guncangan yang cukup kuat selama 5–7 detik. Getaran dirasakan di beberapa titik berikut:
-
Kabupaten Keerom: Guncangan dirasakan kuat dan membuat warga keluar dari rumah.
-
Jayapura: Getaran ringan hingga sedang dirasakan di perkantoran dan pemukiman.
-
Sentani dan Arso: Guncangan cukup terasa, meski tidak sampai menyebabkan kepanikan massal.
Di beberapa lokasi, aktivitas sekolah sempat dihentikan sementara untuk memastikan keselamatan siswa. Laporan dari Dinas Pendidikan Papua menyebutkan bahwa pihak sekolah diminta mengevaluasi struktur bangunan sebelum melanjutkan kegiatan belajar mengajar.
Sementara itu, fasilitas umum seperti bandara, rumah sakit, dan gedung pemerintahan di Keerom dan sekitarnya dilaporkan tetap beroperasi normal, meski dilakukan pemeriksaan struktur ringan sebagai bentuk kewaspadaan.
Tanggapan Pemerintah dan Aparat Lokal
Pemerintah daerah Keerom melalui Bupati Piter Gusbager menyatakan bahwa pihaknya langsung berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan BMKG Papua untuk memantau situasi pasca-gempa. Ia memastikan bahwa semua warga dalam kondisi aman dan meminta masyarakat untuk tetap tenang namun waspada.
“Kami imbau masyarakat untuk tetap mengikuti informasi resmi dari BMKG dan tidak mudah terpengaruh informasi hoaks atau menyesatkan. Kami siap memberikan bantuan jika ada laporan kerusakan atau korban,” ujar Piter Gusbager.
Di tempat terpisah, Komandan Kodim 1701/Jayapura juga menyatakan bahwa pasukan TNI siap dikerahkan untuk membantu evakuasi dan pengamanan jika terjadi gempa susulan. Hingga kini, belum ada perintah darurat untuk pembentukan posko pengungsian, karena situasi masih dalam kendali.
Analisis BMKG: Ancaman dan Pola Seismik Papua
Papua merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang paling aktif secara seismik. Hal ini disebabkan karena wilayah ini berada di pertemuan tiga lempeng besar dunia, yaitu Lempeng Pasifik, Indo-Australia, dan Eurasia. Pergerakan tektonik ini menjadikan Papua sebagai daerah yang memiliki banyak sesar aktif dan rentan terhadap gempa bumi dangkal maupun dalam.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono, menjelaskan bahwa gempa di Keerom kali ini tidak berkaitan langsung dengan aktivitas subduksi, tetapi lebih kepada pergerakan lokal sesar aktif yang belum terpetakan secara detail.
“Gempa ini merupakan bagian dari aktivitas sesar aktif yang ada di wilayah pegunungan tengah Papua. Kami terus melakukan kajian untuk memahami pola seismisitas di wilayah ini,” jelas Daryono.
BMKG juga menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada potensi tsunami, mengingat lokasi gempa berada di darat dan tidak cukup kuat untuk memicu pergeseran dasar laut.
Edukasi dan Tindakan Mitigasi
Peristiwa gempa ini kembali menjadi pengingat pentingnya edukasi mitigasi bencana di wilayah rawan gempa seperti Papua. Kepala BPBD Papua, Emanuel Sona, menekankan perlunya memperkuat pelatihan evakuasi, simulasi gempa, serta perbaikan bangunan tahan gempa, terutama di sekolah dan fasilitas kesehatan.
BPBD juga mengajak masyarakat untuk:
-
Mengikuti info resmi dari BMKG dan BPBD.
-
Tidak panik namun segera evakuasi ke tempat aman jika guncangan kuat.
-
Menyiapkan tas siaga berisi kebutuhan darurat seperti air, makanan, obat, senter, dan dokumen penting.
-
Mengecek struktur rumah atau bangunan setelah gempa.
Organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) dan relawan setempat juga mulai disiagakan untuk membantu proses pendataan dan jika dibutuhkan, distribusi bantuan darurat.
Baca juga:Kala Bencana Banjir Melanda Cirebon Masa Hindia Belanda
Rekam Jejak Gempa di Papua
Gempa di Keerom ini bukan yang pertama dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa gempa besar yang pernah mengguncang Papua antara lain:
-
Jayapura, Februari 2023 – M 5,4, menyebabkan puluhan bangunan rusak dan korban jiwa.
-
Wamena, Desember 2021 – M 5,9, mengguncang wilayah pegunungan tengah dengan dampak pada rumah warga.
-
Boven Digoel, 2020 – M 6,3, memicu kepanikan meski tak berdampak besar.
Frekuensi kejadian ini menunjukkan bahwa Papua memang merupakan wilayah dengan tingkat risiko gempa tinggi dan perlu penanganan yang sistematis dan berkelanjutan.
Kesimpulan: Waspada dan Siap Menghadapi Bencana
Gempa magnitudo 5,5 yang mengguncang Keerom pada 3 Mei 2025 menegaskan kembali pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam di Indonesia, khususnya di wilayah timur. Meskipun tidak menyebabkan kerusakan besar, peristiwa ini menjadi pengingat bahwa gempa bisa datang kapan saja dan perlu disikapi dengan kesadaran, ketenangan, serta informasi yang akurat.
Peran pemerintah daerah, BMKG, BPBD, dan masyarakat menjadi kunci dalam mengurangi risiko serta dampak dari bencana yang tidak dapat diprediksi. Edukasi, latihan evakuasi, dan infrastruktur tahan gempa harus menjadi prioritas utama untuk memastikan keselamatan dan keberlangsungan hidup masyarakat Papua.