Pendiri Facebook Sebut Era Jejaring Sosial Sudah Berakhir

Dalam pernyataan yang mengejutkan banyak pihak, Mark Zuckerberg, pendiri Facebook dan CEO Meta Platforms Inc., menyatakan bahwa era jejaring sosial tradisional seperti yang kita kenal selama dua dekade terakhir telah berakhir. Komentar ini muncul dalam wawancara terbaru dan memperkuat tren global bahwa cara orang berinteraksi secara online telah berubah drastis.

https://tekno.kompas.com/read/2025/05/15/10000027/pendiri-facebook-sebut-era-jejaring-sosial-sudah-berakhir
https://tekno.kompas.com/read/2025/05/15/10000027/pendiri-facebook-sebut-era-jejaring-sosial-sudah-berakhir

Menurut Zuckerberg, media sosial berbasis timeline kronologis dan jaringan pertemanan kini telah berevolusi ke arah platform berbasis rekomendasi konten, AI, dan komunitas minat tertentu, yang tidak lagi bergantung pada siapa teman Anda, tapi pada apa yang Anda konsumsi.


Apa Itu Era Jejaring Sosial Tradisional?

Era jejaring sosial tradisional mengacu pada fase awal media sosial, di mana pengguna saling terhubung berdasarkan hubungan nyata — teman, keluarga, kolega — dan berinteraksi melalui:

  • Update status

  • Album foto

  • Like dan komentar

  • Grup keluarga atau komunitas sekolah

Facebook, yang diluncurkan pada 2004, menjadi simbol utama era ini. Situs seperti MySpace, Friendster, hingga Twitter (sebelum berubah menjadi X), semuanya dibangun di atas konsep jejaring sosial yang berpusat pada koneksi antar individu.

Namun kini, model tersebut telah digeser oleh platform berbasis algoritma rekomendasi, seperti TikTok, YouTube Shorts, dan Reels dari Instagram dan Facebook sendiri.


Zuckerberg: “People No Longer Post to Share, They Scroll to Discover”

Zuckerberg menjelaskan bahwa tujuan utama pengguna media sosial telah bergeser. Dahulu, pengguna membuka Facebook untuk melihat kabar teman. Sekarang, mereka membuka aplikasi untuk menjelajah konten yang menarik, bukan lagi sekadar untuk tahu kabar keluarga.

“Dulu orang datang untuk melihat apa yang dilakukan teman mereka. Sekarang, orang membuka platform karena ingin menemukan hal baru yang relevan, menghibur, dan terpersonalisasi,” ujarnya.


Evolusi Platform Meta

Sebagai respons atas perubahan perilaku pengguna, Meta telah mengubah arsitektur Facebook dan Instagram menjadi lebih menyerupai TikTok:

  • Konten utama berasal dari rekomendasi AI, bukan lagi dari lingkaran pertemanan

  • Fokus pada Reels dan konten video pendek

  • Penekanan pada discovery content, bukan status pribadi

  • Eksperimen dengan AI chatbot dan influencer virtual

Facebook dan Instagram kini lebih mirip platform hiburan dan konsumsi konten ketimbang ruang sosial digital seperti dulu.


Apa Penyebab Utama Perubahan Ini?

  1. Kejenuhan pengguna terhadap posting personal
    Banyak pengguna merasa sudah tidak perlu membagikan setiap momen hidup mereka secara publik, terlebih karena isu privasi.

  2. Dominasi konten kreator dan influencer
    Pengguna lebih tertarik mengikuti selebritas internet, tutorial, atau konten lucu dibanding kabar teman lama.

  3. Kecanggihan algoritma AI
    Platform kini berlomba menyajikan konten sesuai minat pengguna tanpa harus mengikuti siapa pun.

  4. Perubahan generasi pengguna
    Generasi Z dan Alpha lebih suka konsumsi konten cepat, visual, dan anonim, bukan diskusi panjang seperti Facebook klasik.


Apakah Ini Akhir Facebook?

Meskipun disebut sebagai akhir era jejaring sosial, bukan berarti Facebook akan tutup. Namun, fungsi dan bentuknya telah berubah.

Facebook tidak lagi sekadar tempat update kehidupan sosial, melainkan menjadi:

  • Pusat distribusi konten (Reels, artikel, video pendek)

  • Platform grup komunitas (berbasis minat, bukan hubungan pribadi)

  • Marketplace untuk jual beli

  • Kanal informasi dari media dan kreator

Dengan kata lain, Facebook telah bertransformasi dari jejaring sosial menjadi platform multifungsi berbasis AI.


Dampaknya bagi Pengguna

  1. Interaksi personal makin berkurang
    Postingan teman kini terkubur oleh konten viral. Pengguna merasa lebih banyak menonton daripada berinteraksi.

  2. Privasi meningkat, keterhubungan menurun
    Banyak orang berhenti membagikan kehidupan pribadi karena alasan keamanan, tapi juga merasa kurang terkoneksi secara emosional.

  3. FOMO tergantikan oleh pasif konsumsi
    Dulu, FOMO (Fear of Missing Out) memicu orang untuk posting. Kini, mereka cukup scroll dan menonton, tak perlu membagikan apapun.


Dampaknya bagi Bisnis dan Kreator

  1. Strategi pemasaran berubah
    Brand tidak lagi fokus pada pengelolaan fans page, melainkan menciptakan konten viral yang disukai algoritma.

  2. Konten pendek lebih dominan
    Video berdurasi 15–60 detik kini jadi kunci keberhasilan, bukan lagi status panjang atau galeri foto.

  3. Interaksi tidak lagi personal
    Engagement lebih banyak berbasis algoritma dan minat, bukan loyalitas terhadap brand.


Masa Depan Media Sosial: AI, Metaverse, dan Komunitas Niche

Zuckerberg juga mengisyaratkan bahwa masa depan media sosial akan lebih dikuasai oleh AI dan komunitas niche. Meta tengah mengembangkan:

  • Influencer virtual berbasis AI

  • Rekomendasi hyper-personalized sesuai perilaku pengguna

  • Ekosistem metaverse melalui Horizon Worlds dan Oculus

Sementara itu, platform lain seperti Reddit, Discord, dan BeReal tumbuh sebagai ruang komunitas kecil yang lebih otentik dan jauh dari algoritma.


Reaksi Publik dan Pakar Teknologi

Sebagian pengguna menyambut baik pernyataan Zuckerberg, menganggapnya sebagai pengakuan terhadap perubahan yang sudah lama terjadi. Namun ada juga yang menyayangkan hilangnya nilai sosial dari media sosial itu sendiri.

Pakar digital menyebut bahwa:

“Media sosial tak lagi bersifat sosial. Mereka kini menjadi media distribusi hiburan massal. Interaksi antarindividu kini lebih banyak terjadi di aplikasi tertutup seperti WhatsApp, Telegram, dan grup privat.”

Baca juga:Kurs Rupiah di Lima Bank Besar Hari Ini


Kesimpulan

Pernyataan Mark Zuckerberg bahwa era jejaring sosial telah berakhir menandai pergeseran besar dalam lanskap digital global. Facebook, sebagai pionir sosial media, kini bukan lagi tempat berkumpulnya teman dan keluarga, melainkan platform berbasis rekomendasi konten dan hiburan visual.

Perubahan ini mencerminkan dinamika zaman, kecanggihan teknologi, dan perubahan perilaku pengguna, yang tidak bisa dihindari. Masyarakat digital kini lebih tertarik menjadi penonton, bukan peserta aktif.

Namun, bukan berarti koneksi sosial hilang. Hanya saja, bentuk dan wadahnya telah berubah. Dan dalam dunia digital, perubahan adalah satu-satunya hal yang pasti.

By Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *