Banjir di Kampar Riau, Warga Mengungsi dan Jalan Terputus
Banjir besar melanda Desa Tanjung Kudu, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, pada Selasa (21/1/2025). Sejumlah rumah warga terendam, dan ruas jalan lintas dari Kampar menuju Pekanbaru tidak dapat dilalui kendaraan. Akibat tingginya genangan air, arus lalu lintas terputus, memaksa warga mencari alternatif transportasi. Beberapa penduduk menggunakan jasa angkutan sampan milik nelayan setempat, sementara sebagian lainnya memberanikan diri berjalan kaki menerjang banjir. Situasi ini membuat akses menuju Pekanbaru maupun sebaliknya menjadi sangat sulit.
Salah satu korban, Safii (51), mengungkapkan bahwa banjir yang terjadi telah merendam tiga rumah, termasuk rumahnya sendiri. Di sekitar lokasi tersebut, mayoritas wilayahnya adalah perkebunan sawit dan karet, sehingga jumlah rumah penduduk relatif sedikit. “Di sini ada tiga rumah yang kena banjir. Rumah saya dan dua rumah lainnya masih keluarga saya juga,” jelas Safii.
Selain rumah, tempat usaha Safii berupa bengkel juga terendam. Tingginya genangan air mencapai 120 sentimeter, sehingga rumahnya tidak dapat dihuni. Sebagai langkah darurat, Safii memutuskan untuk mengungsi ke Pekanbaru bersama keluarganya. “Keluarga sudah saya ungsikan semuanya. Saya kontrakkan rumah untuk tempat tinggal sementara,” tambahnya.
Untuk menyelamatkan barang-barang, peralatan rumah tangga telah diletakkan di tempat yang lebih tinggi. Namun, usaha bengkel yang menjadi sumber penghasilan utama tidak dapat beroperasi hingga banjir surut. Safii berharap agar kondisi segera membaik, sehingga ia dan warga lainnya bisa kembali menjalani kehidupan normal.
Dampak Banjir yang Meluas dan Upaya Penanggulangan
Kondisi banjir ini tidak hanya memaksa warga untuk mengungsi, tetapi juga mengganggu kegiatan ekonomi di desa tersebut. Tempat usaha terhenti, dan masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, penutupan akses jalan juga memperlambat bantuan yang seharusnya cepat diterima. Dengan jalan utama yang terendam, distribusi logistik menjadi lebih rumit, sehingga kebutuhan dasar seperti makanan dan obat-obatan harus didistribusikan menggunakan perahu atau cara alternatif lainnya.
Banjir yang berulang di wilayah ini menimbulkan kekhawatiran terhadap kondisi infrastruktur dan sistem drainase setempat. Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah strategis untuk mencegah banjir di masa depan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan sistem pengelolaan air dan memperbaiki saluran drainase di sekitar daerah rawan. Perencanaan tata ruang yang lebih baik juga diperlukan agar pembangunan pemukiman dan infrastruktur tidak memperburuk situasi.
Pada saat yang sama, penduduk juga perlu diberikan edukasi tentang mitigasi bencana. Kesadaran masyarakat dalam menghadapi banjir, termasuk langkah-langkah evakuasi dan perlindungan aset penting, sangat diperlukan. Dengan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan dampak banjir dapat diminimalkan di masa mendatang, sehingga kejadian serupa tidak lagi memaksa warga untuk mengungsi dan kehilangan sumber mata pencaharian.