305 Rumah Warga Subang Rusak Usai Diterjang Puting Beliung

Subang, Jawa Barat — Sebuah angin puting beliung dengan kekuatan besar menerjang sejumlah desa di Kabupaten Subang pada Jumat sore, menyebabkan kerusakan parah terhadap ratusan rumah warga. Berdasarkan data terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Subang, tercatat 305 rumah mengalami kerusakan dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Bencana ini mengejutkan warga karena datang secara tiba-tiba tanpa tanda-tanda awal yang signifikan.
Angin kencang disertai hujan deras mulai melanda sekitar pukul 15.00 WIB dan berlangsung selama lebih dari 30 menit. Dalam waktu singkat, rumah-rumah warga mulai berjatuhan atapnya, dinding ambruk, bahkan beberapa bangunan semi permanen rata dengan tanah. Sejumlah pohon tumbang menutup akses jalan dan jaringan listrik di beberapa titik ikut terputus.
305 Rumah Warga Subang Rusak Usai Diterjang Puting Beliung
Bencana ini paling parah melanda Kecamatan Ciasem dan Kecamatan Pusakanagara. Di dua kecamatan tersebut, puluhan rumah mengalami kerusakan berat. Sebagian besar atap rumah beterbangan, dan tidak sedikit rumah warga yang roboh karena struktur bangunan yang rapuh tidak mampu menahan terjangan angin.
Beberapa desa seperti Desa Sukamandi, Desa Kosambi, dan Desa Patimban dilaporkan mengalami kerusakan paling masif. Di Desa Kosambi saja, sebanyak 78 rumah mengalami kerusakan berat, 56 rusak sedang, dan sisanya rusak ringan.
Tidak Ada Korban Jiwa, Tapi Puluhan Luka-Luka
Beruntung, tidak ada laporan korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun, BPBD menyebutkan bahwa sedikitnya 24 warga mengalami luka-luka, mulai dari luka ringan hingga luka sedang akibat tertimpa reruntuhan material rumah. Para korban telah dievakuasi dan dirawat di Puskesmas setempat serta RSUD Subang.
Tim relawan, tenaga medis, dan aparat gabungan TNI-Polri bergerak cepat melakukan evakuasi warga yang terjebak dan mendirikan posko darurat untuk penanganan awal. Proses pendataan kerusakan dan distribusi bantuan logistik pun dilakukan sejak malam pasca-kejadian.
Kesaksian Warga: Angin Seperti Datang dari Segala Arah
Salah satu warga, Ahmad, 47 tahun, menceritakan bahwa angin datang begitu cepat dan kuat seperti “menghisap dari atas langit”. Ia bersama keluarganya hanya punya waktu beberapa detik untuk menyelamatkan diri ke luar rumah. “Atap rumah saya langsung terbang, semua perabotan basah. Kami hanya bisa pasrah,” katanya sambil membersihkan puing-puing rumahnya.
Warga lainnya, ibu Sumarni, menyebut bahwa suara angin terdengar seperti ledakan. “Kami belum pernah mengalami angin sebesar ini. Anak-anak menangis, semua panik. Alhamdulillah kami selamat,” ujarnya.
BPBD Subang Langsung Tanggap, Dirikan Posko dan Kirim Bantuan
Kepala Pelaksana BPBD Subang, Dede Supriatna, menyampaikan bahwa pihaknya telah mengerahkan seluruh sumber daya untuk menangani dampak bencana. Posko darurat telah didirikan di setiap kecamatan terdampak, dan dapur umum mulai beroperasi untuk memenuhi kebutuhan makanan warga.
“Tim gabungan langsung turun ke lokasi, membantu evakuasi, pembersihan puing, serta mendistribusikan bantuan logistik seperti sembako, selimut, dan tenda,” ujar Dede dalam konferensi pers di Kantor BPBD Subang.
Ia juga menambahkan bahwa proses asesmen kerusakan masih berlangsung, dan kemungkinan jumlah rumah rusak bisa bertambah karena laporan dari desa-desa terpencil masih dalam perjalanan.
Pemerintah Kabupaten Subang Siapkan Bantuan Perbaikan Rumah
Bupati Subang, Ruhimat, yang turun langsung ke lokasi terdampak, menyampaikan bahwa pemerintah daerah akan memberikan bantuan perbaikan rumah bagi warga yang terdampak, terutama rumah dengan kerusakan berat dan dihuni oleh masyarakat kurang mampu.
“Kami berkoordinasi dengan BNPB dan Kementerian Sosial untuk pengajuan bantuan dana rehabilitasi. Pemerintah Kabupaten tidak tinggal diam. Ini tanggung jawab bersama,” ujar Bupati di sela-sela peninjauan di Desa Patimban.
Ia juga mengimbau warga untuk tetap waspada dan segera melapor jika terjadi angin kencang susulan atau tanda-tanda bencana lainnya.
Baca juga:Induk Usaha HMSP Komitmen Investasi Jangka Panjang di Indonesia
BMKG Jelaskan Penyebab Terjadinya Puting Beliung di Subang
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) wilayah Bandung menyebut bahwa fenomena angin puting beliung yang terjadi di Subang disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrem yang umum terjadi pada periode peralihan musim (pancaroba).
Forecaster BMKG, Dini Ayu, menjelaskan bahwa puting beliung biasanya muncul saat adanya awan cumulonimbus (Cb) yang berkembang sangat cepat, disertai pemanasan suhu udara permukaan dan kelembaban tinggi.
“Fenomena ini bisa muncul dalam hitungan menit. Warga diimbau waspada jika melihat awan gelap pekat, suhu tiba-tiba panas, dan angin berubah arah,” jelasnya.
BMKG juga memperkirakan cuaca ekstrem masih akan berpotensi terjadi dalam beberapa hari ke depan di wilayah Pantura Jawa Barat.
Kerugian Ditaksir Capai Miliaran Rupiah
Berdasarkan laporan awal dari BPBD dan Dinas PUPR, total kerugian akibat bencana ini diperkirakan mencapai Rp4,3 miliar. Angka ini mencakup kerusakan bangunan, infrastruktur jalan desa, saluran listrik, serta fasilitas umum lainnya seperti masjid dan sekolah.
Proses pendataan dan verifikasi akan terus dilakukan agar bantuan dapat disalurkan secara tepat sasaran dan transparan. Pemerintah juga akan bekerja sama dengan pihak swasta untuk mempercepat proses pemulihan.
Upaya Gotong Royong dan Kepedulian Sosial Muncul
Pasca-bencana, banyak organisasi sosial, mahasiswa, dan komunitas lokal ikut serta dalam membantu warga terdampak. Donasi dalam bentuk makanan, pakaian layak pakai, serta uang tunai mulai berdatangan dari berbagai daerah.
Warga pun bahu membahu membersihkan lingkungan dan membangun tenda darurat untuk keluarga yang kehilangan tempat tinggal. Gotong royong menjadi kekuatan utama dalam mempercepat pemulihan pasca-bencana.
Kesimpulan: Waspada Cuaca Ekstrem, Perkuat Kesiapsiagaan Bencana
Kejadian puting beliung yang melanda Subang menjadi pengingat penting akan pentingnya kesiapsiagaan bencana di tingkat desa dan keluarga. Pemerintah daerah, BPBD, serta masyarakat diharapkan terus meningkatkan mitigasi, edukasi, dan kesiapan menghadapi cuaca ekstrem yang makin sering terjadi akibat perubahan iklim.
Saat ini, pemulihan terus dilakukan dan bantuan terus mengalir. Semangat gotong royong dan solidaritas warga menjadi kekuatan utama dalam menghadapi cobaan ini. Semoga para korban segera pulih, dan bencana serupa tidak terulang kembali.