Deretan Investasi yang Berisiko ‘Buntung’ pada 2025
Investasi adalah salah satu cara untuk mengembangkan aset, tetapi tidak semua instrumen investasi menjanjikan keuntungan. Tahun 2025 diprediksi menjadi tahun penuh tantangan di tengah dinamika ekonomi global. Beberapa instrumen investasi, yang sebelumnya menjanjikan, diperkirakan akan menghadapi tekanan besar dan berisiko tinggi.
Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, ketidakpastian politik dan ekonomi, terutama pasca pelantikan Presiden Terpilih AS Donald Trump, dapat memengaruhi berbagai sektor. Berikut adalah deretan investasi yang dianggap berisiko di tahun 2025.
1. Saham Berisiko Tinggi
Sektor saham, terutama yang memiliki volatilitas tinggi seperti saham batubara, diprediksi akan menghadapi tekanan besar. Ibrahim mencatat bahwa saham batubara, yang sempat berjaya selama pandemi COVID-19, kemungkinan akan mengalami penurunan signifikan pada 2025. Hal ini disebabkan oleh:
- Berakhirnya perang dagang yang mengurangi permintaan global.
- Penurunan harga batubara berkalori tinggi.
“Untuk menghindari risiko, jauhi saham-saham berisiko tinggi seperti sektor batubara, yang diperkirakan akan berguguran,” ujar Ibrahim.
Selain itu, stagnasi sektor politik dan ekonomi AS pasca pelantikan Presiden Trump juga menjadi faktor yang dapat memengaruhi pasar saham secara global.
2. Cryptocurrency
Aset kripto, meskipun populer, tetap menjadi instrumen investasi dengan risiko tertinggi. Ibrahim menjelaskan bahwa masa keemasan kripto kemungkinan telah berakhir pada 2024. Meskipun teknologi blockchain terus berkembang, Bank Sentral AS (The Fed) masih menolak kripto sebagai alat pembayaran resmi.
“Pada 2025, harga kripto diperkirakan akan mengalami penurunan signifikan, terutama karena kurangnya regulasi yang mendukung,” tambahnya. Volatilitas tinggi dan spekulasi pasar menjadi alasan utama mengapa kripto dianggap berisiko.
3. Saham Farmasi
Saham farmasi, yang sempat diminati selama pandemi, juga diprediksi menghadapi tantangan besar pada 2025. Ibrahim mencatat bahwa persaingan ketat dengan perusahaan farmasi luar negeri telah menekan kinerja sektor ini sejak 2024.
Meskipun beberapa investor masih tertarik dengan saham farmasi, sektor ini tetap berisiko. Ketidakpastian global dan persaingan yang semakin ketat dapat memperburuk situasi ini,” jelas Ibrahim.
Tahun 2025 adalah waktu yang penuh tantangan bagi para investor, terutama yang berfokus pada saham berisiko tinggi, cryptocurrency, dan saham farmasi. Ketidakpastian politik, ekonomi global, dan volatilitas pasar menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan. Untuk mengurangi risiko, penting bagi investor untuk lebih selektif, melakukan riset mendalam, dan mempertimbangkan diversifikasi portofolio.